Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Header

www.analisamuya.com

Tantangan Mengimplementasikan Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Pendidikan Masa Kini

A. Dasar-dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai dasar-dasar Pendidikan

            Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pemikir dan praktisi dalam bidang pendidikan. Dengan pemikiran-pemikiran beliau untuk menyelenggarakan pendidikan yang memanusiakan manusia dan dapat memberikan kesejahteraan di masa depan. Dengan konsep, semboyan, dan gagasan yang kental dengan budaya Indonesia. Wujud perjuangan Ki Hajar Dewantara adalah Perguruan Taman Siswa.

            Terdapat tiga aspek utama dalam pendidikan dan pengajaran yang berlandaskan kurikulum masa lampau adalah membentuk manusia yang Susila dan cakap, membentuk masyarakat yang demokratis, dan membentuk manusia sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

Tantangan Implementasi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

 

            Tokoh Hari Kebangkitan Nasional ini menyampaikan pemikirannya bahwa konsep pendidikan barat sangat tidak sesuai diaplikasikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan pendidikan barat bersifat perintah, hukuman dan ketertiban yang bersifat paksaan (Febriyanti 2021). Beliau tidak mau menerapkan konsep pendidikan barat di Indonesia karena dapat membahayakan perkembangan budi pekerti peserta didik di Indonesia.

            Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, konsep pendidikan yang sesuai dengan karakter dan budaya Indonesia, yaitu tanpa paksaan. Orang-orang Indonesia melekat dengan nilai-nilai tradisional, yaitu kehalusan rasa, hidup dalam kasih sayang, menyukai perdamaian, kejujuran, ketertiban, dan sopan dalam bertutur dan bertindak.

            Dari nilai-nilai tradisional tersebut, Ki Hajar Dewantara menerapkan semboyan dalam bidang pendidikan, yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha yang memiliki makna bahwa Guru harus bisa menjadi teladan (contoh atau panutan yang baik dalam bertutu dan bertindak). Ing Madya Mangun Karsa memiliki makna Guru berada di tengah-tengah murid yang membangun motivasi dan ide-ide untuk peserta didik berkarya. Tut Wuri Handayani yang bermakna Guru secara berkelanjutan akan menuntun, dan mengarahkan peserta didik untuk menggapai cita-cita dan berkarya dengan baik dan benar.

            Ketiga semboyan tersebut dikembangkan menjadi Momong, Among, Ngemong. Semboyan tersebut memiliki makna bahwa seorang Guru adalah menuntun. Pendidikan bukan hanya memberi pengetahuan ilmu (kognitif). Namun, juga budi pekerti (afektif) pada peserta didik Indonesia. Arti kata dari Pendidikan bisa diterjemahkan menjadi proses menuntun peserta didik  dalam mengembangkan potensi-potensi diri (kognitif, afektif, konatif, sosial dan spiritual).

            Berdasarkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendidikan tanpa paksaan yang berarti merdeka. Kemerdekaan yang dimaksud adalah ketika peserta didik sadar sebagai pribadi yang mandiri, mempunyai keleluasaan dan hak-hak yang berharga. Peserta didik mampu tumbuh dan berkembang tanpa perintah atau paksaan, menjadi pribadi yang memahami akan kebutuhannya, dan memiliki motivasi untuk mencapai cita-citanya.

 

B. Tantangan-tantangan dalam mengimplementasikan Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Pendidikan Masa Kini

            Pada pendidikan masa kini telah mengalami pergeseran makna dari konsep pendidikan, seperti ketika kita berbicara tentang pendidikan, umumnya pembicaran langsung terfokus pada sekolah. Padahal pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah saja. Proses pendidikan berlangsung di keluarga, sekolah, dan masyarakat.

            Tantangan-tantangan dalam mengimplementasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah orientasi pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan pemuda-pemudi yang siap untuk dunia kerja dengan pemberian standart nilai kelulusan yang kadang dipaksakan untuk lulus. Bahkan, pendidikan masa kini juga sebagai lembaga bisnis.

            Seharusnya, pendidikan tidak hanya mengejar target angka yang paling tinggi dan dilakukan dengan cara yang kurang terpuji. Hal ini lah yang mengabaikan proses dan kualitas dapat menjadikan hasil kelulusa peserta didik yang kurang memadai masuk ke dunia kerja. Oleh karena itu, pandangan ini perlu diubah dengan penanaman nilai-nilai karakter dan pekerti. Pemahaman ini perlu ditanamkan tidah hanya pada peserta didik tapi juga penyelenggara pendidikan.

            Guru juga perlu memahami karakteristik peserta didik dan mengerti perkembangan dari masing-masing peserta didiknya. Hal ini adalah upaya agar peserta didik ketika mengalami kesulitan bisa diurai oleh Guru atau teman sebayanya dan bisa berkembang sesuai dengan tujuan pembelajarnnya.

            Pendidikan Indonesia masa kini yang sedang berlangsung adalah aktivitas yang lama, serius, dan monoton. Hal ini menyebabkan peserta didik menjadi tegang dan bosan pengajaran selama di kelas. Lembaga sekolah sepatutnya menjadi tempat belajar yang nyaman dan menyenangkan.

            Oleh karena itu, Guru perlu dibekali dan meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan zaman selaras dengan konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Sekarang ini, Pemerintah membuat program PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian guru dalam bidang pedagogik.

            Tantangan selanjutnya adalah kurikulum yang belum matang. Beberapa kali kurikulum di Indonesia cukup sering diganti. Butuh proses yang tidak singkat untuk Guru (Pendidik) dalam mengikuti perubahan kurikulum. Sekarang ini, di sekolah mengunakan kurikulum merdeka dan kurikulum 2013. Kurikulum yang baru, yaitu kurikulum merdeka, yang mana pembelajaran berpusat pada peserta didik.

            Sebelum pembelajaran, Guru diperlukan untuk mengetahui karakteristik setiap peserta didik untuk memudahkan dalam membuat capaian dan tujuan pembelajara. Guru juga diminta untuk cakap dengan digital. Pemberian materi diharapkan sesuai dengan gaya belajar peserta didik, misalnya Guru bisa memberikan media video, podcast, infografis, ataupun lainya yang bisa menarik dan menambah motivasi belajar peserta didik.

            Dari berbagai tantangan-tantangan dalam implementasi pemikiran dasar-dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, penyelenggara penididikan (sekolah), Guru sebagai fasilitator di kelas, orang tua (keluarga), dan masyarakat agar tercapai hasil pendidikan yang berkualitas dan berguna bagi bangsa Indonesia ke depannya.

 

A.    Simpulan

1.     Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah tanpa paksaan (merdeka). Kemerdekaan yang dimaksud adalah ketika peserta didik sadar sebagai pribadi yang mandiri, mempunyai keleluasaan dan hak-hak yang berharga. Peserta didik menjadi pribadi yang memahami akan kebutuhannya, dan memiliki motivasi untuk mencapai cita-citanya.

2.     Dengan adanya tantangan-tantangan dalam implementasi pemikiran dasar-dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara, menjadikan keharusan adanya kolaborasi antara pemerintah, penyelenggara penididikan (sekolah), Guru sebagai fasilitator di kelas, orang tua (keluarga), dan masyarakat agar tercapai hasil pendidikan yang berkualitas dan berguna bagi bangsa Indonesia ke depannya.

 

 

B.    Saran

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1.     Membangun kesadaran pelaku pendidikan bahwa tidah hanya berfokus pada nilai angka yang tinggi, tetapi juga proses, kemampuan, sikap, dan hasil,

2.     Menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik sebagai identitas bangsa Indonesia,

3.     Membangun rasa nasionalisme pada Guru dan peserta didik sehingga memiliki rasa tanggung jawab dalam setiap proses pembelajarannya,

4.     Pemerintah memeratakan sarana, prasarana, dan dana yang memadai dan sesuai dengan perkembangan zaman di Kota dan Daerah,

5.     Penyetaraan kompetensi Guru di Kota dan Daerah,

6.     Pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan Guru sehingga Guru bisa lebih focus pada pendidikan dan pengajaran.

 

Daftar Pustaka

Darmawan, I Putu Ayub. 2016. “Pandangan dan Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.”

Febriyanti, Natasya. 2021. “Implementasi Konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara” 5.

Fitri, Siti Fadia Nurul. 2021. “Problematika Kualitas Pendidikan di Indonesia” 5.

Kurniawati, Fitria Nur Auliah. 2022. “Meninjau Permasalahan Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia dan Solusi.” Academy of Education Journal 13 (1): 1–13. https://doi.org/10.47200/aoej.v13i1.765.

Pranoto, Suhartono W. 2017. Ki Hajar Dewantara, pemikiran dan perjuangannya. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Wiratmoko, Dheny. 2011. “Sistem Pendidikan Taman Siawa; Studi Kasus Pemikiran Ki Hajar Dewantara.”

Wiyono, Hadi. 2012. “Pendidikan Karakter Dalam Bingkai Pembelajaran Di Sekolah,” no. 2.

 

Posting Komentar untuk " Tantangan Mengimplementasikan Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Pendidikan Masa Kini"