Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Header

www.analisamuya.com

Peningkatan Kemampuan Literasi Peserta Didik Tingkat SMA dengan Melibatkan Sekolah dan Orang tua

Berdasarkan hasil survey PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2018, diperoleh bahwa kemampuan literasi peserta didik di Indonesia dalam skala internasional menempati urutan di bawah, yaitu peringkat 371 dan menempati peringkat 72 dari 78 negara. Apabila  tingkat literasi membaca masih rendah, hal ini akan berdampak juga bahwa kemampuan akademik lainnya di bidang sains, ilmu sosial, matematika juga pasti akan sangat rendah. Dengan demikian, diperlukannya peningkatan kompetensi literasi pada peserta didik untuk mengembangkan kapasitas individu secara produktif di masyarakat.

Literasi

 

Kemampuan literasi merupakan salah satu kebutuhan yang perlu untuk dimiliki setiap orang. Literasi meliputi proses membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, melihat dan berpendapat (Kuder dan Hasit, 2002). Literasi bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis serta menggunakan bahasa lisan. Alangkah baiknya penanaman dasar literasi dilakukan sejak dini di rumah. Orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk mengoptimalkan kemampuan literasi anak. Minat dan motivasi anak untuk membaca tidak lepas dari kebiasaan orang tuanya (Hasan, 2020).

Orang tua dengan level pendidikan tinggi menunjukkan lebih peduli dan memberikan fasilitas literasi seperti buku bacaan pada anak dibandingkan dengan orang tua yang masih konvensional. Orang tua yang fasilitatif merupakan orang tua yang memiliki kebiasaan membaca dan menulis yang baik sehingga dapat memberikan contoh yang baik mengenai aktifitas literasi kepada anaknya. Namun, orang tua yang konvensional ialah orang tua yang tidak atau kurang memiliki kebiasaan dalam membaca dan menulis sehingga tidak memberikan contoh aktifitas literasi kepada anak mereka (Weigel dkk, 2006). Hal ini akan sangat berdampak pada tumbuh kembang potensi literasi pada anak.

         Tidak ada kata terlambat, kemampuan literasi peserta didik di bangku SMA juga masih bisa dilakukan yang harapannya nanti berdampak pada kemampuan akademik di SMA, kuliah, dan pekerjaan nantinya.  Di sekolah, Guru bisa mengajak peserta didik untuk menggunakan sumber belajar dari berbagai buku referensi (bisa buku cetak ataupun sumber dari online). Peserta didik juga bisa diarahkan untuk memperbanyak kosa kata bisa dengan permainan supaya lebih seru. Hal ini bisa untuk menumbuhkan daya analisis menggunakan bacaan sesuai dengan tingkat kognitif peserta didik.

         Pembiasaan ini agar siswa terbiasa mendiskusikan berbagai buku dan berbagai bentuk tulisan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Sehingga dari kegiatan ini, peserta didik jadi lebih akrab dengan buku dan mengembangkan kecintaan terhadap membaca. Guru juga bisa mengajarkan peserta didik berbagai keterampilan membaca, seperti membaca-memilih (selection), membaca-skipping, skimming, scanning dan keterampilan lainnya (Tampubolon, 1990). Dengan keterampilan membaca yang benar, efisiensi membaca akan lebih baik. Anak-anak dapat dengan cepat meringkas apa yang telah mereka baca.

Sekolah juga perlu memastikan persediaan buku yang memadai harus didukung dengan optimalisasi perpustakaan sekolah. Salah satunya adalah memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai ruang dan sumber belajar. Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi peserta didik. Mereka dapat memperoleh pengetahuan yang lebih luas di perpustakaan.

Untuk memastikan perpustakaan menjadi sarana pembelajaran, perpustakaan sekolah perlu memiliki proyek atau kegiatan yang berorientasi pada pengetahuan yang menumbuhkan minat baca siswa. Salah satu indikator keberhasilan perpustakaan adalah meningkatnya minat baca. Untuk mencapai tujuan tersebut, pustakawan dibutuhkan sebagai penggerak. Pustakawan sekolah harus mampu menjalin komunikasi dengan guru dan kepala sekolah untuk mengkoordinasikan pembelajaran sekolah dengan sumber informasi perpustakaan. Dengan demikian diharapkan perpustakaan sekolah dapat menciptakan budaya membaca yang lebih berkualitas.

         Sekolah juga bisa mengembangkan kegiatan literasi dengan membuat ekstra kurikuler “NgeBlog”. Dengan membuat website pribadi, dan bisa juga untuk menuliskan ide-ide ataupun sarana untuk curhat. Blogging juga bisa memberikan pendapatan pasif dari peserta didik dan semangat juga untuk berliterasi. Blogging tentunya tidak hanya menulis tetapi juga belajar mendesain header, gambar-gambar yang akan ditampilkan di dalam artikel. Hal ini akan bermanfaat untuk peserta didik dalam mengembangkan kreatifitasnya dalam menulis dan juga mendesain.

         Sebelum menulis, peserta didik tentunya akan mendorong dirinya untuk banyak membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak juga yang akan dituliskan. EksKul bisa diadakan setiap minggu di hari sabtu. Untuk narasumber bisa dari Guru atau dari luar yang sudah berkecimpung di dunia Blogging. Di awal blogging, peserta didik bisa diarahkan untuk menuliskan ulang materi yang sudah dipelajari atau dipahami dengan bahasa mereka sendiri. Hal ini akan bermanfaat juga untuk peserta didik sendiri dan pembaca.

Blog adalah situs web yang dapat dibuat oleh siapa saja yang dirancang agar mudah diakses dan digunakan oleh banyak orang. Beberapa manfaat blog adalah sebagai media publikasi.  Untuk blogging sendiri bisa dikatakan cukup efektif sebagai media publishing karena tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak. Manfaat kedua dari blogging adalah  menghasilkan uang. Dengan memulai sebuah blog, peserta didik dapat menghasilkan uang sendiri. Guru bisa membantu untuk mengidentifikasi topik blogging berdasarkan minat, keahlian, dan peserta didi bisa menggunakan struktur yang menarik minat pembaca.

Manfaat selanjutnya adalah membangun merek (branding) peserta didik sebagai “Blogger”, yaitu seseorang yang sering melakukan aktivitas blogging untuk membuat merek (branding) pribadi. Lebih mudah mengidentifikasi seseorang dengan menulis informasi menarik terkait suatu bidang. Setelah terkenal, penulis juga bisa menggunakannya untuk hal-hal positif lainnya.

Dari aktivitas blogging, bisa mengasah keterampilan menulis peserta didik. Mereka berlatih dan menghabiskan waktu menulis untuk melatih hasil tulisan yang lebih berkualitas. Jika mereka ingin menekuni sebagai profesi, peserta didik juga bisa mengikuti komunitas-komunitas blogger dan ikut kelas blogger professional. Hal ini akan menjadi daya Tarik mereka untuk giat dalam menulis dan membaca. Secara tidak langsung, kegiatan ini dapat meningkatkan kompetensi literasi mereka.

 

7 komentar untuk "Peningkatan Kemampuan Literasi Peserta Didik Tingkat SMA dengan Melibatkan Sekolah dan Orang tua"

  1. menarik sekali tulisannya mbak, sangat setuju untuk mengarahkan anak-anak SMA untuk menjadi blogger, karena sangat bisa menaikkan kemampuan literasi mereka.

    BalasHapus
  2. menarik idenya mbak, beberapa teman guru juga memberi tugas untuk membuat blog atau memberikan tugasnya melalui blog, jadi mau ga mau murid kenalan dengan blog

    BalasHapus
  3. Bisa banget ya, Kak blogging menjadi salah satu aktivitas untuk menambahkan minat baca masyarakat khususnya generasi muda. Apalagi kalau ini masih untuk siswa akan sangat mudah ya

    BalasHapus
  4. Miris memang melihat daya literasi di negeri kita, terakhir heboh kasus yang menimpa suami Sandra Dewi, eh, yang diserang malah akun media sosialnya Dewi Sandra. Ini membuktikan bahwa literasi kita memang sedang tidak baik-baik saja

    BalasHapus
  5. Bener banget mbak aku setuju, perpustakaan yang dikelola dengan baik bisa menumbuhkan minat baca pada siswa. Aku salah satu contoh yang menyukai buku gara-gara perpustakaan SMP aku bukunya banyak, lengkap dan tata ruangnya bagus. Aku jadi suka baca gara-gara perpustakaannya bagus. Terlihat sepele tapi nyatanya itu sangat berpengaruh.

    BalasHapus
  6. Setelah dapat ilmu dari blogspedia sedikit saya tularkan ke anak-anak di mapel TIK mbak, agar anak-anak punya blog nah disitu nanti jadi wadah tugas anak-anak utamanya di mapel bahasa indonesia hehe.. semoga teraliasasi dengan baik ya.. soalnya alat memang harus mendukung yakk

    BalasHapus
  7. Sepakat, Mbak. Semua berawal dari kepedulian orang tua, sehingga mereka mengusahakan untuk menyediakan buku untuk anak. Meskipun, pada awalnya anak mungkin tidak akan langsung tertarik. Lama kelamaan akan penasaran juga. Apalagi jika ditambah dengan orang tua memberikan contoh dengan gemar membaca.

    BalasHapus