Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Header

www.analisamuya.com

Perjalanan Pendidikan Indonesia

 

Hallo tamuy-tamuy, selamat pagi, siang ataupun sore. Dimanapun kalian berada semoga selalu sehat, penuh semangat, dan berbahagia aamiin. Sekarang, Analisa Muya ingin mengajak berdiskusi tamuy-tamuy tentang “Perjalanan Perjuangan Pendidikan di Indonesia”. Okey, check it out !!!

Perjalanan Pendidikan Indonesia

  

Pendidikan

          Menurut Perspektif Ki Hajar Dewantara, mendidik dan mengajar merupakan proses memanusiakan manusia sehingga harus memerdekakan manusia dari segala aspek kehidupan. Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberi contoh), Ing Madya Mangun (Di tengah memberi semangat), Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi motivasi).

Peran sebagai pendidik melalui pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah terus belajar dan berdaya. Berdaya disini maksudnya adalah manusia merdeka, yaitu manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin, tidak tergantung pada orang lain. dari hal ini, diharapkan murid-murid menjadi mandiri dan merdeka.

         Berdaya menentukan tujuan dan kebutuhan belajarnya yang relevan dan kontekstual terhadap diri dan lingkungannya. Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun angggota masyarakat.

Perjalanan Pendidikan Indonesia

Perjalanan perjuangan Pendidikan di Indonesia sangat panjang dari sebelum kemerdekaan hingga setelah merdeka. Perjalanan Pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan, sarana dan prasarana yang kurang memadai, sistem pendidikan yang hanya mengkhusukan pada kaum colonial dan bangsawan, jumlah guru yang terbatas, dan akses belajar terbatas. Sekolah diperuntukkan untuk orang eropa dan orang-orang yang bekerja di Lembaga hindia belanda sedangkan orang pribumi diperbolehkan sekolah namun hanya mendapatkan pelajaran baca, tulis, hitung dan harus bekerja untuk colonial. Berikut adalah mindmap “Perjalanan Pendidikan Indonesia”.

 

Perjalanan Pendidikan Indonesia

Pendidikan setelah kemerdekaan dibentuk Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia. Panitia memiliki tugas untuk meninjau masalah Pendidikan dan pengajaran dari tingkat kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Pendidikan setelah masa kemerdekaan menunjukkan peningkatan dibandingkan Pendidikan sebelum kemerdekaan. 

 Sudah banyak tersebar sekolah negeri dan swasta di berbagai penjuru kota dan kabupaten. Namun, kondisi Pendidikan yang ada di Indonesia belum merata. Pendidikan di daerah Kota dan daerah 3T masih mengalami ketimpangan, dari aspek fasilitas (sarana dan prasarana sekolah), sinyal internet, dan guru.

Setelah Kemerdekaan, pendidikan semakin sistematis. Kurikulum yang sekarang adalah kurikulum merdeka. Kurikulum kebebasan pada peserta didik untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya, memahami dengan mendalam pada mata pelajaran yang diminati. Kurikulum merdeka menitik beratkan pada pembentukan karakter, intelektual, dan berprofil pelajar Pancasila.

Dari hasil diskusi bersama, alangkah baiknya sistem penilaian berbasis deskripsi dengan menghilangkan angka atau dengan menghilangkan KKM. Sehingga anak tidak merasa terbebani dengan angka yang dijadikan patokan (KKM).  Penghapusan angka ini dapat berdampak anak menjadi lebih menikmati jalannya proses belajar. Selain itu, juga perlu diberikan softskills yang bermanfaat untuk kehidupan meliputi keterampilan life skill.

Namun, ada hal-hal yang juga perlu diperhatikan, yaitu menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Ketika motivasi belajar itu masih belum cukup kuat, penghapusan angka atau perangkingan akan membuat peserta didik menjadi ah ya sudahlah....jadi terkesan cuek dengan tingkat pencapaiannya. Sisi positif dari adanya nilai dan perangkingan bisa membuat peserta didik terpacu untuk berkompetisi secara sehat dalam bidang akademik.

 

 

 

3 komentar untuk "Perjalanan Pendidikan Indonesia"

  1. Iya zaman anakku sekarang udah nggak ada sistem rangking. Suka penasaran, sih, jadinya. Kalau zamanku dulu dirangking dari satu sampai terakhir. Kasian juga yang rangkingnya terakhir. :')

    BalasHapus
  2. Ada manfaatnya juga diberi ranking ya, kak. Anak termotivasi untuk belajar. Kalau sekarang tuh kayanya udah nghaknada semangat kompetisi, nggak termotivasi apa-apa, dan merasa pasti bakal naik kelas meski nilainya jelek atau nggak belajar.

    BalasHapus
  3. Kalau zaman aku sekolah di pondok dulu, kita tuh nggak ada sistem ranking. Yang ada sistem urutan nomor absen sesuai dengan hasil ujian. Jadi, kalau nilai tertinggi ya otomatis absennya nomor 1. Yang kurasakan sih, semangat belajar supaya bisa bertahan di 10 besar itu masih ada, pun kalau nyatnaya dapat absen di baah, juga nggak apa apa.

    BalasHapus