Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Header

www.analisamuya.com

Review Film : The Architecture of Love

 

Hallo tamuy-tamuy, siapa nih yang sudah nonton film "The Architecture of Love"… Jujurly, Analisa Muya tertarik nonton film ini dari FYP yang bersliweran di media sosial. Di hari minggu itu, aku coba chat temen semasa Aliyah untuk pergi nonton, dan sama-sama bisa langsung deh berangkat. Walaupun kala itu, aku perlu ngajar online via zoom dulu dan langsung cusss ke bioskop tak masalah. Perlu seimbang antara sepaneng n seneng heaaaaaa.

Begitupun juga dengan temanku yang sebelum nonton baking dulu karena ada banyak pesanan. Jam 12 siang di hari minggu, langsung deh meluncur ke titik temu (Bioskop). Nah, yang sampai duluan adalah temenku. Jadi dia yang beli tiket duluan untuk milih tempat yang nyaman untuk nonton, trus aku datang kita beli cemilan dulu dah….Aku pun tak memperhatikan tiket yang dibeli dn dibawa oleh temenku. Aku ngikut aja beloknya ke Studio no berapa ku juga nggak ngcek….

Aku dan temenku sudah masuk sesuai dengan seat yang tertera. Kita duduk dan ambil foto cekrek-cekrek dah…Keanehan mulai muncul ketika teaser yang muncul kok horror-horor mulu ya… Temen dah mulai rishi karna sebenarnya kita juga sama-sama nggak suka nonton film horror. Ini kok kayaknya bukan teaser lagi ya, filmnya dah mulai tapi kok pemainnya bukan Nicholas Saputra dan Putri Marino ya…

Curigaku semakin bertambah dan bilang ke temen, jangan-jangan kita salah masuk studio deh ini….temen langsung bergegas keluar karena dia posisinya dipinggir jadi leboh enak keluarnya. Jreng…jreng….jreng, beneran salah studio wkwkwkwkkwwk, langsung deh kita ngibrit keluar studio hahahaha. Okay, sekarng mari kita bahas tentang film nya nih, "The Architecture of Love".

"The Architecture of Love" disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja, adalah film drama romantis yang mendapatkan ulasan positif karena penyajiannya yang dewasa dan realistis. Diadaptasi dari novel karya Ika Natassa, film ini dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Putri Marino sebagai River Jusuf dan Raia Risjad. Kedua karakter ini digambarkan sebagai orang dewasa yang emosional dan kompleks dengan pernikahan di masa lalu, memberikan sudut pandang baru dalam genre romansa di perfilman Indonesia.

River dan Raia diceritakan sama-sama mempunyai cerita yang sedih dan menimbulkan luka atau trauma. River adalah sosok suami yang sangat mencintai istrinya yang berprofesi sebagai dokter gigi. Dan kebetulan River mempunyai masalah di giginya jadi butuh peran istrinya untuk menjaga Kesehatan gigi River. Suatu ketika di momen ulang tahun River, mereka berdua sedang perjalanan menggunakan mobilnya. Istri River ingin memberikan kejutan beberapa kado ulang tahun yang sudah disiapkannya. Namun, ada 1 kado berada di rumah mereka.

Di saat perjalanan, River mengalami gigi nyeri. Dengan Sigap, istri River mencarikan obatnya dan melepas sabuk pengaman. Disaat kondisi ini, River hilang kendali dalam mengendarai mobil dan sang istri yang sedang mencari obat gigi….darrrrrr mobil itu mengalami kecelakaan. Istri dinyatakan meninggal dunia. River sangat merasa bersalah bangetsss ketika melihat di kamarnya ada sebuah kado yang memberitahukan sang istri sedang hamil. River semakin menyalahkan dirinya atas kecelakaan yang terjadi itu sehingga menyebabkan River lama tidak membuka hatinya lagi. River memutuskan untuk pergi ke New York dan menjalani profesinya sebagai Arsitektur.

Disisi lain, Raia juga memiliki masa lalu yang tidak mengenakkan, yaitu diselingkuhi oleh suaminya dan memutuskan untuk berpisah. Hal ini membuat Raia jadi  memiliki trauma dan enggan untuk membuka hati lagi. Dari kejadian ini, Raia yang seorang penulis memutuskan untuk pergi ke New York.

Di Kota New York ini, River dan Raia bertemu sama-sama saling suka tetapi juga sama-sama ada trauma. Namun, karena disekelilingnya mendukung dan semesta pun juga ikut mendukung mereka bersama. Alhasil singkatnya, mereka berbahagia bersama walaupun di awalnya dipenuhi dengan rasa-rasa trauma. Keduanya tidak mengelak adanya trauma itu dan saling mengkomunikasikannya sehingga mereka bisa saling menerima dan berbahagia bersama-sama.

Film ini memiliki pendekatan yang realistis dalam menggambarkan romansa dan penggambaran karakter. Alih-alih mengandalkan klise dramatis, Soeriaatmadja memilih untuk menampilkan cinta dan pertumbuhan pribadi dengan cara yang lebih subtil dan nyata. Hal ini terlihat dalam penggunaan New York City sebagai latar belakang yang tidak berlebihan, memungkinkan fokus tetap pada karakter dan hubungan mereka yang berkembang.

Chemistry antara Nicholas Saputra sebagai River dan Putri Marino sebagai Raia menjadi kekuatan utama dari film ini. Acting mereka menciptakan dinamika yang meyakinkan dan mengharukan tanpa jatuh ke dalam melodrama. Dan banyak aktor pendukung yang juga memberikan acting yang bagus, meningkatkan kualitas keseluruhan film.

 

5 komentar untuk "Review Film : The Architecture of Love"

  1. Ya ampun, Mbak. Ternyata ada, ya, kejadian salah masuk studio. Mana yang diputernya film horor lagi. :') By the way, di rumah ada novel Architect of Love, tetapi saya belum sempat baca.

    BalasHapus
  2. Aaaa kemaren pengen nonton film Architect of Love. Sliweran mulu di beranda. Jadi penasaran kaaaann

    BalasHapus
  3. Aku baru mau pinjem novelnya nih ke temen.
    By the way, kejadian masuk studionya bisa pas ya. Pas lagi gak ada pengunjung di nomor kursi yang sama 😅

    BalasHapus
  4. Kyaaa salah masuk studio, duh pasti panik dan bingung ya pas awal nonton... Bagua banget ini filmnya ya kak, pengin nontooon

    BalasHapus
  5. aku belum pernah nonton sih, tapi kalo pemainnya Nicholas Saputra ya gas atuh🤭

    BalasHapus