Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Header

www.analisamuya.com

Tantangan Mengimplementasikan Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Pendidikan Masa Kini


A. Dasar-dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai dasar-dasar Pendidikan

B. Tantangan-tantangan dalam mengimplementasikan Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Pendidikan Masa Kini

            Pada pendidikan masa kini telah mengalami pergeseran makna dari konsep pendidikan, seperti ketika kita berbicara tentang pendidikan, umumnya pembicaran langsung terfokus pada sekolah. Padahal pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah saja. Proses pendidikan berlangsung di keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Tantangan Implementasi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

 

            Tantangan-tantangan dalam mengimplementasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah orientasi pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan pemuda-pemudi yang siap untuk dunia kerja dengan pemberian standart nilai kelulusan yang kadang dipaksakan untuk lulus. Bahkan, pendidikan masa kini juga sebagai lembaga bisnis.

            Seharusnya, pendidikan tidak hanya mengejar target angka yang paling tinggi dan dilakukan dengan cara yang kurang terpuji. Hal ini lah yang mengabaikan proses dan kualitas dapat menjadikan hasil kelulusa peserta didik yang kurang memadai masuk ke dunia kerja. Oleh karena itu, pandangan ini perlu diubah dengan penanaman nilai-nilai karakter dan pekerti. Pemahaman ini perlu ditanamkan tidah hanya pada peserta didik tapi juga penyelenggara pendidikan.

            Guru juga perlu memahami karakteristik peserta didik dan mengerti perkembangan dari masing-masing peserta didiknya. Hal ini adalah upaya agar peserta didik ketika mengalami kesulitan bisa diurai oleh Guru atau teman sebayanya dan bisa berkembang sesuai dengan tujuan pembelajarnnya.

            Pendidikan Indonesia masa kini yang sedang berlangsung adalah aktivitas yang lama, serius, dan monoton. Hal ini menyebabkan peserta didik menjadi tegang dan bosan pengajaran selama di kelas. Lembaga sekolah sepatutnya menjadi tempat belajar yang nyaman dan menyenangkan.

            Oleh karena itu, Guru perlu dibekali dan meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan zaman selaras dengan konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Sekarang ini, Pemerintah membuat program PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian guru dalam bidang pedagogik.

            Tantangan selanjutnya adalah kurikulum yang belum matang. Beberapa kali kurikulum di Indonesia cukup sering diganti. Butuh proses yang tidak singkat untuk Guru (Pendidik) dalam mengikuti perubahan kurikulum. Sekarang ini, di sekolah mengunakan kurikulum merdeka dan kurikulum 2013. Kurikulum yang baru, yaitu kurikulum merdeka, yang mana pembelajaran berpusat pada peserta didik.

            Sebelum pembelajaran, Guru diperlukan untuk mengetahui karakteristik setiap peserta didik untuk memudahkan dalam membuat capaian dan tujuan pembelajara. Guru juga diminta untuk cakap dengan digital. Pemberian materi diharapkan sesuai dengan gaya belajar peserta didik, misalnya Guru bisa memberikan media video, podcast, infografis, ataupun lainya yang bisa menarik dan menambah motivasi belajar peserta didik.

            Dari berbagai tantangan-tantangan dalam implementasi pemikiran dasar-dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, penyelenggara penididikan (sekolah), Guru sebagai fasilitator di kelas, orang tua (keluarga), dan masyarakat agar tercapai hasil pendidikan yang berkualitas dan berguna bagi bangsa Indonesia ke depannya.

 

A.    Simpulan

1.     Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah tanpa paksaan (merdeka). Kemerdekaan yang dimaksud adalah ketika peserta didik sadar sebagai pribadi yang mandiri, mempunyai keleluasaan dan hak-hak yang berharga. Peserta didik menjadi pribadi yang memahami akan kebutuhannya, dan memiliki motivasi untuk mencapai cita-citanya.

2.     Dengan adanya tantangan-tantangan dalam implementasi pemikiran dasar-dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara, menjadikan keharusan adanya kolaborasi antara pemerintah, penyelenggara penididikan (sekolah), Guru sebagai fasilitator di kelas, orang tua (keluarga), dan masyarakat agar tercapai hasil pendidikan yang berkualitas dan berguna bagi bangsa Indonesia ke depannya.

 

 

B.    Saran

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1.     Membangun kesadaran pendidikan bahwa tidah hanya berfokus pada nilai angka yang tinggi, tetapi juga proses, kemampuan, sikap, dan hasil,

2.     Menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik sebagai identitas bangsa Indonesia,

3.     Membangun rasa nasionalisme pada Guru dan peserta didik sehingga memiliki rasa tanggung jawab dalam setiap proses pembelajarannya,

4.     Pemerintah memeratakan sarana, prasarana, dan dana yang memadai dan sesuai dengan perkembangan zaman di Kota dan Daerah,

5.     Penyetaraan kompetensi Guru di Kota dan Daerah,

6.     Pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan Guru sehingga Guru bisa lebih focus pada pendidikan dan pengajaran.

 

Daftar Pustaka

Darmawan, I Putu Ayub. 2016. “Pandangan dan Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.”

Febriyanti, Natasya. 2021. “Implementasi Konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara” 5.

Fitri, Siti Fadia Nurul. 2021. “Problematika Kualitas Pendidikan di Indonesia” 5.

Kurniawati, Fitria Nur Auliah. 2022. “Meninjau Permasalahan Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia dan Solusi.” Academy of Education Journal 13 (1): 1–13. https://doi.org/10.47200/aoej.v13i1.765.

Pranoto, Suhartono W. 2017. Ki Hajar Dewantara, pemikiran dan perjuangannya. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Wiratmoko, Dheny. 2011. “Sistem Pendidikan Taman Siawa; Studi Kasus Pemikiran Ki Hajar Dewantara.”

Wiyono, Hadi. 2012. “Pendidikan Karakter Dalam Bingkai Pembelajaran Di Sekolah,” no. 2.

         

3 komentar untuk " Tantangan Mengimplementasikan Pemikiran Ki Hajar Dewantara pada Pendidikan Masa Kini"

  1. kebanyakan guru meminta siswa untuk lebih fokus pada proses daripada hasil akhir, tapi seringnya kalau dapet nilai buruk malah dicap kurang rajin, ngga belajar, dsb. padahal keberhasilan dari proses kan ngga melulu nilai yang bagus, bisa jadi dia lebih paham materi atau menemukan hal menarik dari proses belajarnya. semoga bakal ada masa di mana nilai nggak menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang

    BalasHapus
    Balasan
    1. meskipun ngga semua guru seperti itu sih, saya juga sering menemui guru yang tulus menemani muridnya berproses dari belum bisa menjadi expert di bidangnya. btw maaf komennya kepanjangan kak😁

      Hapus
  2. Pendidikan karakter ini sih yang menurutku masih jadi PR besar di dunia pendidikan.

    BalasHapus